Selasa, 28 Agustus 2018

Tips Keluarga Ideologis: STRATEGI MENDIDIK GENERASI Z



Oleh. Kholda Naajiyah
.
Saat ini, remaja diisi oleh mereka yang disebut generasi Z. Yakni, anak-anak yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010. Generasi Z atau disebut juga Generation ini, memiliki karakter tersendiri. Sebab, mereka lahir dan tumbuh di era internet. Sejak kecil sudah akrab dengan berbagai kegiatan yang menggunakan komputer dan gawai.


Berbeda dengan orangtuanya yang merupakan generasi X atau Y, yang lahir saat internet belum ada. Generai ini hidup penuh kerja keras, karena tidak ditopang oleh teknologi saat melakukan berbagai aktivitas. Karena proses tumbuh kembang yang berbeda, tak ayal kerap muncul konflik antara orangtua Gen X atau Y ini, dengan anak-anak Gen Z yang internet minded.
.
Nah, bagaimana orangtua memahami Gen Z dan mengatur strategi untuk menjembatani perbedaan dengan Gen Z ini? Berikut dirangkum dari berbagai sumber:
.
1. Jangan Biarkan Individualis
.
Salah satu ciri generasi Z yang menonjol adalah cenderung menuju individualis. Di dunia nyata, mereka agak enggan bersosialisasi, karena asyik dengan dunia maya. Meski di dunia maya banyak teman-temannya, tetapi egoisme pribadi cukup menonjol.
Nah, untuk mengatasi kondisi ini, orangtua jangan lelah mengajaknya beraktivitas bersama. Seperti menerapkan jadwal sarapan dan makan malam bersama keluarga. Mengajak ngaji bersama, belanja, berlibur atau sekadar membereskan rumah bersama.
.
2. Manfaatkan Multitalentanya
.
Gen Z cenderung ingin menyelesaikan masalah dengan instan. Mereka biasa melakukan kegiatan multitasking. Sambil menyalakan laptop, juga mendengarkan musik atau menjawab chat di smarphone. Tak heran anak-anak ini piawai menggunakan gawai.
Nah, manfaatkan kelebihan melakukan beberapa pekerjaan sekaligus ini untuk melatih mereka mengenal kerjaan rumah. Ajak membersihkan rumah, sembari tetap bisa menonton tayangan kesukaannya. Menyapu sambil membereskan buku-buku yang berantakan.
.
3. Puaskan rasa Ingin Tahunya
.
Gen Z umumnya juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka suka mengoprek apa saja, terutama hal-hal yang berbau teknologi. Mengutak-utik gawai, mengakses sumber-sumber informasi, mempelajari beragam budaya dan bahasa, serta mencoba membuat kreasi seperti tayangan video atau desain.
Nah, ini bisa menjadi potensi positif yang dapat dikembangkan. Rasa ingin tahu yang tinggi, membuat mereka cepat menyerap hal-hal baru. Kemungkinan mereka menjadi anak pintar pun semakin banyak.
.
4. Fasilitasi Minat dan Bakat
.
Banyaknya informasi yang diserap dari berbagai sumber, membuka wawasan Gen Z menjadi lebih global. Umumnya mereka sudah memiliki bayangan akan menjadi apa di masa depan, lebih dini. Mereka berani memiliki mimpi-mimpi besar yang tidak terbayang di era Gen X atau Y dahulu. Seperti keinginan untuk keliling dunia, kuliah ke luar negeri, atau bercita-cita menekuni profesi yang tidak terbayangkan di benak Gen X atau Y.
Mereka juga punya mimpi akan kemapanan hidup di usia dini. Ingin memiliki kemampuan finansial lebih baik daripada generasi orangtuanya yang cenderung tidak stabil secara ekonomi. Nah, orangtua tinggal mengarahkan, memfasilitasi dan mendukung mimpi-mimpi mereka. Tentunya, untuk mengetahu, harus sering menggali apa kehendak mereka di masa depan.
.
5. Ajarkan Ketelatenan
.
Gen Z yang serba cepat dan instan, cenderung kurang sabar dan kurang menghargai proses. Karakter buruknya, akhirnya cepat putus asa dan marah jika apa yang mereka inginkan tidak sesuai rencana. Dalam hal ini, orangtua harus telaten, pengertian dan sabar menghadapinya. Misalnya, ajak mereka menggambar, mewarnai, atau menjahit karena kegiatan tersebut mampu melatih kesabaran.(kholda, berbagai sumber)
.
#tipskeluarga #generasiZ #mediaumat
.
=================================
Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.
=================================
Facebook :
https://web.facebook.com/Wadah-Aspirasi-Muslimah-195124019…/
Twitter : www.twitter.com/muslimah_bogor2
Instagram: www.instagram.com/muslimah_bogor